1. Kematian Yesus sebagai peristiwa sejarah
Kematian Yesus Kristus Sang Juru Selamat Manusia terjadi pada abad ke-1 Masehi, diperkirakan antara tahun 30-33 M. Menurut penanggalan Yahudi, Ia mati tergantung di atas salib, tanggal 14 Nisan, beberapa jam sebelum hari Paskah Yahudi dirayakan (tanggal 15 Nisan, dimulai pada sekitar pk. 18:00 saat matahari terbenam). Hukuman mati dengan disalibkan dijatuhkan atas perintah gubernur Kerajaan Romawi untuk provinsi Yudea, Pontius Pilatus, berdasarkan laporan para pemuka agama Yahudi saat itu bahwa Yesus Kristus mengaku sebagai Raja orang Yahudi. Berita penyaliban dan kematian ini dicatat di sejumlah tulisan sejarawan Kerajaan Romawi, orang Yahudi dan murid-murid Yesus. Catatan yang paling detail ditemukan di kitab-kitab Injil dalam bagian Perjanjian Baru Alkitab Kristen
Peristiwa kematian yang dialami oleh umat manusia sebenarnya sesuatu yang sangat alamiah. Sejak awal kehidupan dan peradabannya, umat manusia telah mengenal peristiwa kematian sebagai bagian yang sangat integral dari kehidupan ini. Kita semua telah mengalami kelahiran, proses pertumbuhan dan perjuangan, lalu kita satu demi satu akan mengakhiri kehidupan ini dengan peristiwa kematian. Karena itu semua tokoh sejarah tanpa terkecuali telah mengalami peristiwa kematian, baik penakluk dunia yang monumental seperti raja Nebukadnezar dari Babel, Aleksander Agung dari Yunani; maupun para tokoh ternama dunia seperti Albert Eistein, Michel Faraday, James Watt, Thomas Alfa Edision, Charles Dickens, dan sebagainya. Jadi mengapa kita harus selalu merayakan kematian Yesus Kristus dari Nazaret? Bukankah dari sudut tertentu, Yesus Kristus dari Nazaret juga sebagai tokoh sejarah? Bukankah kematian Yesus tidak berbeda jauh dengan kematian umat manusia lainnya? Sesungguhnya jutaan manusia juga pernah mengalami kematian yang tragis dengan cara yang sangat menyedihkan sebagaimana yang pernah dialami oleh Yesus Kristus dengan cara wafat di atas kayu salib. Dalam perang dunia II, sebanyak 6 juta lebih orang Yahudi mati dieksekusi oleh Hitler. Di Indonesia dalam berbagai kerusuhan politik, sekian ribu orang dari rakyat telah menjadi korban dalam peristiwa 30 September 1965; dan juga ribuan orang mati secara mengenaskan dalam peristiwa kerusuhan Mei 1998. Mengapa kita tidak merayakan secara khusus untuk memperingati kematian dari para korban yang umumnya para rakyat yang tidak bersalah? Jadi cara kematian Yesus Kristus di atas kayu salib sebenarnya merupakan salah satu bentuk kematian yang tragis dan menyedihkan dari kehidupan ini.
1. Kronologi Kematian Yesus
Di dalam Alkitab kisah penyaliban dan kematian Yesus dicatat dalam keempat Injil. Sekalipun keempatnya memiliki punya ciri khas tersendiri dalam menggambarkan peristiwa kematian Yesus, namun secara harmonis mencatat kronologi peristiwa penyaliban dan kematian Yesus sebagai berikut
Perjamuan makan di malam sebelum Yesus disalibkan (Perjamuan Terakhir)
Pengkhianatan salah seorang murid terdekatnya, Yudas
Yesus berdoa di taman Getsemani
Penangkapan Yesus di taman Getsemani
Pengadilan Yesus di hadapan pemuka-pemuka agama Yahudi
Penyangkalan sebanyak tiga kali oleh murid terdekatnya, Petrus, bahwa ia mengenal Yesus.
Pengadilan Yesus menurut hukum Romawi yang dilakukan oleh Pontius Pilatus
Yesus dibawa ke Golgota untuk disalibkan. Di sana Dia mati dan kemudian dikuburkan di dekat sana.
Pengadilan Yahudi
Tercatat ada 3 kali pengadilan berdasarkan hukum Yahudi, yaitu di hadapan para pemimpin Yahudi:
Di hadapan Hanas, mertua Imam Besar Kayafas.
Di hadapan Imam BesarKayafas.
Di hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin).
Menurut hukum Yahudi, Yesus dituduh melakukan pelanggaran agama, karena mengaku sebagai "Anak Allah", berarti menyamakan diri-Nya dengan Allah dan ini merupakan penghujatan yang harus dihukum mati. Di bawah pemerintahan Romawi, pengadilan Yahudi tidak berhak menjatuhkan hukuman mati. Oleh sebab itu, mereka melimpahkan kasus ini kepada pengadilan Romawi, supaya hukuman mati dapat dijalankan.
Pengadilan Romawi
Yesus mengalami 3 proses pengadilan menurut hukum Romawi
Dilakukan di hadapan gubernur Roma, Pontius Pilatus, di mana Yesus dituduh melakukan pelanggaran politik. Pilatus tidak menemukan kesalahan.
Setelah mendapati bahwa Yesus berasal dari Galilea, Pilatus mengirimkan Yesus kepada raja Herodes Antipas yang memerintah daerah Galilea. Herodes tidak mendapati kesalahan pada Yesus, lalu mengirimkan-Nya kembali kepada Pilatus lagi.
Terakhir kali Pilatus mengadili Yesus di atas kursi pengadilan resmi (bahasa Yunani: Litostrotos; bahasa Ibrani: Gabata[12]) dan menjatuhkan hukuman mati dengan disalibkan.
Yesus disiksa
· Selama di pengadilan, Yesus telah mengalami siksaan, dipukuli oleh prajurit-prajurit dari pemuka agama, dari raja Herodes dan tentara Romawi.
· Setelah dijatuhi hukuman mati, serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu daripada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar, disuruh memikul kayu salib-Nya sambil berjalan menuju ke tempat penyaliban
Jalan Kesengsaraan
Tempat penyaliban Yesus berada sedikit di luar tembok kota Yerusalem, di bukit yang disebut Tempat Tengkorak atau Golgota.Jalan yang dilalui Yesus menuju ke tempat penyaliban-Nya dikenal sebagai Via Dolorosa (=Jalan Kesengsaraan), atau "Jalan Salib".
Para serdadu Romawi menggiring Yesus berjalan keluar dari benteng Antonia ke tempat penyaliban-Nya. Dalam perjalanan, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang baru datang dari luar kota bernama Simon. Penulis Injil Markus mengenali orang ini sebagai ayah Aleksander dan Rufus. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus pada bahunya.
Commentaires