Dari kebutuhan manusia
Manusia diciptakan dan akan tetap tinggal sebgai ciptaan. Manusia tidak akan pernah menjadi pencipta, sebab hanya Allah saja Sang Pencipta. Namun manusia diciptakan sebagai gambar Allah. Berarti ada kualitas Ilahi di dalam manusia. Menusia memiliki beberapa kapasitas Ilahi yang bisa berkembang sebatas kodratnya sebagai ciptaan.
Namun dalam kenyataan, manusia telah jauth ke dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23). Kehilangan kemulian Allah berarti kapasitas, potensi, dan kualitas Ilahi yang ada di dalam diri manusia telah mengalami gangguan serius! Gangguan orientasi. Sebelum jatuh dalam dosa, orientasi manusia ada pada Allah. Allah adalah pusat hidup manusia. Segala perintah Allah adalah kebenaran yang fungsional. Yaitu manusia hidup dan mengembangkan diri sesuai dengan kodrat Ilahinya, langsung berdasarkan petunjuk Allah (Kej. 2:15-20). Sampai sekarang petunjung Allah mengenai bagaimana mengelola alam yang Tuhan ciptakan kepada manusia pertama itu masih relavan. Yang menjadi masalah adalah manusia tidak lagi menempatkan lagi perintah Allah tersebut sebagai kebenaran fungsional.
Misalnya, manusia pertama mempertanyakan hak Allah dan meragukan itikad baik Allah memerintah dirinya (kej 3:6). Alih-alih berorientasi pada Allah, manusia memilih berorientasi pada dirinya sendiri dengar tipuan daya ular (Kej 3:1-5). Pada hakikatnya tipu daya ular adalah mengalihkan fokus manusia pada Allah, meragukan firmanNya dan mengarahkan fokus tersebut pada diri sendiri. Semua dilihat, dinilai, dan diputuskan berdasarkan untung rugi manusia. Manusia memutuskan berdasarkan apa yang ia lihat baik, benar, dan menguntungkan dirinya sendiri. Namun sebenarnya, tanpa disadari manusia telah menerima otoritas palsu ular (yang di baliknya adalah iblis; bnd Why 12:9) dan menolak otoritas Allah.
Akibat dari kejatuhan manusia pertama, semua manusia terdisorientasi. Fokus hidup bukan pada Allah tetapi pada diri sendiri (kej 11:4) dan dengan tidak didasari berdasarkan petunjuk iblis. Alkitab dengan gamblang mencatat bahwa manusia yang karena berorientasi pada diri sendiri dan karena mendengar bujukan iblis, semakin hari semakin jauh dari kehendak Allah, semakin kehilangan kepekaan akan suaraNya, dan semakin dikendalikan oleh keinginan diri yang sebenarnya ada di bawah kendali Iblis.
Manusia diperbudak oleh dosa (Yoh 8:34; bnd Kej 6:5) dan upah dosa adalah maut ( Rm 6:23a). Tidak ada upaya apapun dari pihak manusia yang sudah mati karena dosa-dosa mereka (Elf 2:1-3) yang dapat menyelesaikan masalah ini, kecuali kalau Allah sendiri bertindak menyelamatkan ciptaanNya.
Dan Allah sudah bertindak! Dia sudah menyediakan jalan keselamatan, yaitu lewat Yesus Kristus yang mati menggantikan hukuman dosa manusia. Lewat kebangkitanNya, Yesus Kristus membuktikan diriNya telah menang terhadap kuasa dosa dan maut. Sehingga orang yang percaya dan menerima karya Kristus tersebut, dimerdekakan dari belenggu dosa, dibebaskan dari hukuman mati, dan diberikan hidup yang kekal. Karya Kristus membalikkan hidup manusia berdosa yang berorientasi kepada diri sendiri, menjadi kepada Allah.
Semua pemaparan ini ada di Alkitab. Maka semua manusia membutuhkan Alkitab agar dapat mengertahui berita penting ini dan dapat mengalami keselamatan sejati (2Tim 3:15). Bukan hanya untuk orang yang belum percaya, tetapi juga untuk orang yang percaya, mengapa demikian?
Pertama, orang percaya perlu bukan hanya tahu dirinya sudah diselamatkan, tetapi juga mengatahui bagaimana kemudian hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dia perlu mengatahui bagaimana cara hidup yang sesuai dengan kehidupannya yang baru, bagaimana hidup berorientasi pada Tuhan dan bukan pada diri sendiri, dan bagaimana hidupnya dapat menyenangkan Tuhan.
Alkitab menjadi petunjung utama bagi orang percaya bagaimana hidup sebagai gambar Allah yang sudah diperbaharui dengan meneladani Tuhan Yesus yang adalah Gambar Allah yang sempurna. Baik petunjuk secara keteladanan, dari tokoh-tokoh Alkitab yang hidupnya sudah disentuh dan sedang diproses oleh Allah, maupun lewat pengajaran-pengajaran moral dan etika yang disertai contoh-contoh praktis, baik yang benar untuk ditiru, maupun yang keliru untuk dihindari.
Alkitab penting dibaca dan direnungkan orang percaya karena orang percaya masih tinggal di dalam dunia yang sedang melawan Allah dan diri mereka sendiri masih rentan untuk jatuh di dalam dosa. Maka hidup berpusatkan firman Tuhan menjadi sangat penting untuk menangkal segala godaan dunia, tipu daya iblis, dan keinginan daging yang intinya menjauhkan orang percaya dari hidup yang berkemenangan, serta dapat menjadi saksi bagi orang lain yang masih di bawah belenggu kuasa dosa.
Kedua, orang percaya perlu mengetahui bahwa Allah memanggil mereka untuk menjadi alat-alatNya untuk memberitakan kabar baik tersebut kepada orang lain. Hanya mereka yang sudah mengalami penyelamatan dari Allh yang bisa menjadi pengabar-pengabar Injil yang benar dan efektif.
Memberitakan Injil adalah panggilan setiap orang percaya. Kesadaran bahwa tanpa Injil manusia akan binasa, dan tanpa pemberitaan Injil, Injil tidak akan sampai kepada manusia berdosa, seharusnya mendorong setiap orang percaya mempelajari Alkitab baik-baik. Tujuannya adalah agar semangat yang berkobar-kobar dari anak-anak Tuhan yang sudah dijamah hidupnya dan yang disaksikan Alkitab bisa dialami dan dirasakan juga oleh setiap anak Tuhan lainnya. Contoh, petunjuk serta prinsip-prinsip bisa dipelajari dan diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Ada satu lagi alasan mengapa orang Kristen butuh Alkitab. Mereka butuh Alkitab karena Alkitab merupakan sumber otoritas dan kusas untuk menjalani kehidupan berkemanangan dan yang terus menerus menyaksikan Kristus kepada dunia ini.
Alkitab adalah sumber otoritas sejati dan tertinggi. Setiap kali orang percaya membaca Alkitab, harus disertai keyakinan yang mutlak bahwa Alkitab adalah firman Tuhan, berdaulat penuh atas semua aspek hidupnya. Hanya dengan demikian orang percaya akan tunduk mutlak kepada Tuhan melalui firmanNya. Ia akan dikuatkan untuk hidup sebagai anak-anak Tuhan betapa pun sulit situasi dan kondisinya.
Mengakui Alkitab sebagai otoritas tertinggi untuk hidup anak-anak Tuhan, bukan hanya penting untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kesaksian hidup di hadapan orang lain. Memang orang dengan kepercayaan lain akan menolak mengakui kedaulatan Alkitab atas hidup mereka. Akan tetapi, orang Kristen harus menunjukkan bahwa ia percaya penuh kepada Alkitab baru kesaksiannya akan berarti! Kepercayaan mutlaknya itu akan membuat orang Kristen sungguh-sungguh memiliki kepercayaan yang teguh pada Alkitab.
Alkitab berkuasa untuk mengubah orang dari kekerasan hati yang menolak percaya kepada Kristus hingga menjadi petobat baru. Bukankah paulus bersaksi, ketika Sang Firman menegur dirinya, hal itu menjadi titik balik hidupnya (Kis. 9)? Bukankah Timotius muda menjadi percaya Yesus dan beroleh keselamatan karena membaca Perjanjian Lama (2Tim. 3:15)?
Banyak Kesaksian orang Kristen yang dulu bersikap
memusuhi kekrsitenan, menyerang Alkitab dan menolak Kristus, akhirnya bertobat dan lahir baru karena Alkitab yang ia baca dengan tujuan menyerang dan menghancurkan kredibilitasnya justru telah membongkar dirinya habis-habisan sehingga tidak dapat tidak ia harus percaya dan bertobat.
Bagaimana menjadi Alkitab sentra kehidupan kristen?
Membangun disiplin rohani
Melihat kepentingan Alkitab dalam kehidupan orang percaya, tentu harus dilanjutkan dengan membangun kebiasaan untuk membaca Alkitab secara teratur. Disiplin rohani tentu bukan semata-mata membaca Alkitab, tetapi berawal dari sini.
Membaca Alkitab Adalah langkah awal membuka diri kepada Tuhan. Dengan membaca Alkitab, anak Tuhan membuka dirinya untuk disentuh Tuhan secara pribadi. Alkitab tidak semata-mata memberikan informasi mengenai Tuhan dan apa yang Ia kehendaki, tetapi firman Tuhan menyentuh kehidupan mulai dari yang paling dalam, yaitu hati manusia. Saat Alkitab menyaksikan bahwa Allah adalah kasih, kasih itu bukan hanya sekedar atribut Allah meliankan TindakanNya yang nyata menyelamatkan manusia, tindakan yang juga dialami oleh anak-anakNya. Membaca Alkitab berarti membuka hati untuk disentuh oleh kasih Allah dengan cara yang segar sekaligus mengalami ulang kasihNya yang tidak terbatas. Hasilnya adalah rasa haru, sukacita, damai, dan syukur tak habis-habisnya, juga disertai tekad untuk membalas kasihNya.
Demikian juga waktu Alkitab menyaksikan kekudusan Allah. Setiap kali membaca hal tersebut, hati akan disentuh oleh kekaguman sekaligus kengerian karena sadar betapa tidak layaknya manusia, betapa rapuhnya hidup ini yang dengan mudah jatuh dalam kenajisan yang lama. Bukankah hasil tersebut menghasilkan tekad untuk hidup yang lebih kudus, serta untuk lebih bersandar pada Tuhan?
Membaca Alkitab dan berdoa merupakan sepasang langkah mendasar dalam pertumbuhan iman seseorang. Dan menjadi respons yang tepat dari pembacaan Firman Tuhan. Doa memampukan seorang anak Tuhan untuk tidak hanya mengerti firman Tuhan, tetapi menerapkannya dalam kehidupan. Doa membuka diri kepada kuasa Allah yang akan dinyatakan dalam hidupnya.
Namun agar kebiasaan berdoa dan membaca Alkitab tidak terjebak pada ritual harian semata-mata dibutuhkan lebih dari sekedar tekad dan ketekunan. Orang percaya harus menyadari bahwa doa dan firman adalah komunikasi yang hidup dan dinamis antara anak Tuhan dengan Tuhannya.
Berdoa dan membaca Alkitab merupakan dialog yang tidak berhenti pada kegiatan itu semata-mata. Justru dari kegiatan berdoa dan membaca Alkitab tersebut hidup seorang anak Tuhan akan terarah secarah tepat sasaran sesuai dengan kehendak Tuhan yang dinyatakan dalam Alkitab. Disiplin rohani yang dibangun dalam kegiatan berdoa dan membaca Alkitab adalah kebiasaan melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan anak Tuhan, yaitu dalam perencanaan dan pelaksanaannya.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk berdoa dan membaca Alkitab setiap pagi sebelum aktifitas lain sehari-hari dilakukan, adalah suatu kebiasan yang bertujuan membangun kepekaan sepanjang hari itu akan suara Tuhan dan kuasaNya yang hendak dinyatakanNya di dalam menjalani hidup seharian itu. Walaupun kebiasan itu tidak menjamin kehidupan yang pasti selalu berkemenangan, paling tidak disiplin rohani yang terbentuk membuat orang tidak gegabah merencanakan sesuatu atau bertindak sembarangan, tetapi dengan selalu melibatkan dan memperhitungkan Tuhan.
Kebiasaan menyediakan waktu di tengah satu minggu untuk mengikuti persekutuan doa atau pembinaan warga gereja atau kelompok kecil atau kegiatan gereja sejenis memiliki tujuan serupa. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama dalam komunitas gereja. Kesempatan berbagi dan menerima masukan dari sesama Yaitu bahwa setiap anak Tuhan mewajibkan dirinya sendiri mempertanggungjawabkan perbuatanya bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan sesama anak Tuhan lainnya yang telah mendoakannya. Sayangnya, kegiatan yang diselenggarakan gereja ini seringkali tidak beda dari kegiatan ibadah minggu yang lebih bersifat satu arah.
Ibadah hari Minggu penting karena selain sesuai dengan prinsip Sabat juga kerena keutamaan mimbar berdasarkan tradisi Protestan. Pemberitaan firman Tuhan menjadi pusat dalam ibadah hari Minggu. Ibadah Minggu merupakan puncak simbolisasi firman sebagai sentra dalam kehidupan umat Tuhan. Hamba Tuhan yang dipercayakan menguraikan kebenaran firman Tuhan berperan penting dalam membangun kesadaran jemaat akan kebutuhan mereka berjumpa dengan Tuhan lewat teks firman yang digali dan disampaikan secara eksposisi. Tanpa Alkitab sebagai pusatnya, gereja bukanlah gereja sejati.
Ibadah keluarga pun menjadi wadah penting yang berperan dalam membentuk disiplin rohani setiap anggota keluarga. Bukan hanya untuk anak-anak, tetapi orang tua juga dibiasakan untuk menjaga diri dari sikap hidup yang tidak sesuai firman Tuhan. Orang tua yang member diri ditegur dan dibentuk Tuhan melalui persekutuan keluarga
akan member dampak besar karena keteladanan mereka kepada anggota keluarga yang lain.
Kebiasaan membaca Alkitab dan berdoa setiap hari berdampak pula pada pembentukan pola pikir dan pola percakapan anak-anak Tuhan. Harus diakui, pola pikir orang Kristen seringkali dipengaruhi oleh pola pikir dunia yang sangat dominan ditemukan di media massa maupun berbagai jenis propaganda dunia ini daripada yang diterimanya dari gereja atau komunitas-komunitas Kristen lainnya. Pikiran-pikiran duniawi dalam berbagai bentuknya itu hanya bias ditangkal dengan mengisi pikiran anak Tuhan dengan pikiran Kristus (2Kor. 10:5). Dan itu hanya terjadi kalau itu anak Tuhan membangun pola pikirnya dengan sumber kebenaran sejati, yaitu firman Tuhan.
Kalau anak-anak Tuhan mulai membiasan pikirannya diisi dibentuk oleh firman Tuhan maka pola percakapannya pun akan mulai berubah. Kebiasaan bercakap-cakap tanpa arah ataupun yang berisikan hal-hal negative seperti bergosip atau memfitnah akan terkikis dan digantikan dengan hal-hal membangun
Langkah-langkah praktis
Sediakan waktu yang cukup setiap hari untuk bersama Tuhan sebelum segala aktivitas lainnya menyergap kita dan membuat kita tenggelam di dalamnya. Waktu bersama Tuhan adalah waktu berdoa dan membaca firmanNya, merefleksikannya denagn hidup yang kita jalani setiap hari, mencari pimpinan Tuhan untuk menjalani hari itu, dan menekadkan diri untuk menaati kehendakNya sepanjang hari.
Tugas
Cacatlah hal-hal yang penting kemudia kirim
Comments