Alkitab adalah kitab suci orang Kristen. Sebagaimana orang-orang berkepercayaan lain memandang kitab sucinya masing-masing. Demikian orang Kristen memandang Alkitab sebagai buku yang sangat berharga dan mulia. Entah mereka membacanya atau hanya mengoleksinya, kalau mereka ditanyakan apakah Alkitab penting, pasti mereka menjawab dengan tegas “ya!”
Kalau memang Alkitab penting dan menentukan dalam kehidupan kekristenan, maka pertanyaan seterusnya adalah, mengapa penting dan seberapa jauh kepentingan itu mempengaruhi hidup orang Kristen. Kalau Alkitab penting, mengapa tidak banyak orang Kristen membacanya apalagi yang menyediakan waktu khusus untuk membaca dan merenungkan?
Tulisan ini akan dibagi menjadi dua bagian. Pertama, mengapa Alkitab penting sebagai sentra kehidupan orang Kristen. Bagian kedua adalah apa langkah-langkah praktis yang harus diambil agar kehidupan orang Kristen benar-benar berpusatkan pada Alkitab.
Mengapa Alkitab penting sebagai sentra kehidupan Kristen?
Dari sifat Alkitab
Kita mulai dengan pertanyaan dari Alkitab sendiri. Para penulisnya, baik secara eksplisit maupun implisit mengklaim bahwa tulisan mereka merupakan firman Tuhan. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru penuh dengan pernyataan para penulisnya bahwa mereka menerima pernyataan dari Allah untuk disampaikan kepada orang-orang lain, baik secara lisan maupun tertulis.
Beberapa contoh bisa diberikan. Di dalam kitab Keluaran kita membaca bahwa Musa menerima panggilan Tuhan untuk memberitakan firman Tuhan kepada umat Israel (Kel. 3). Isi firman Tuhan tersebut secara ringkas adalah bahwa Tuhan telah melihat kesengsaraan mereka serta mendengarkan jeritan minta tolong mereka dan memutuskan untuk membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir serta membawa mereka ke tanah Kanaan sebagaimana yang pernah Tuhan janjikan kepada nenek moyang mereka, Abraham. Musa dicatat sebagai penerima firman Tuhan langsung dari mulut Tuhan untuk disampaikan kepada Israel yang mengatur kehidupan mereka setelah keluar dari Mesir, disepanjang perjalanan di padang gurun, dan kelak setelah mereka menetap di tanah Kanaan. Musa juga diperintahkan untuk menuliskan peraturan tersebut, yang dikenal sebagai kitab perjanjian (Kel 24:4-7). Musa menulis lagi beberapa hal, yang bersangkutan dengan perjalanan umat Israel di padang gurun (Bil 36:24), kemudian sekali lagi dan lebih lengkap Musa menuliskan peraturan Taurat yang baru saja ia sampaikan di dalam khotbah-khotbah terakhirnya kepada generasi kedua umat Israel yang siap untuk masuk ke tanah Kanaan. (Ul 31:24).
Daud berkata dalam salah satu mazmur gubahannya yang dicatat di 2 Samuel 23:1-7, bahwa “Roh Tuhan berbicara dengan perantaraanku, firmanNya ada di lidahku” (2) Tuhan Yesus menegaskan bahwa apa yang Daud sampaikan lewat mazmurnya (Mzm 110) adalah firman Allah (Mat 12:36).
Para nabi Perjanjian Lama dengan tegas menyatakan bahwa mereka menerima Firman Tuhan yang harus mereka sampaikan kepada umat Israel (lihat Yes 6:9; Yer 1:4; Yeh3:4; dst). Berita yang mereka sampaikan bukan berita yang menyenangkan pada awalnya, yaitu berita pembongkaran dosa dan penghukuman dari Tuhan yang harus umat alami. Namun berita tersebut juga menjanjikan pengampunan dan pemulihan setelah mereka melalui masa penghukuman.
Di Perjanjian Baru, Paulus mengklaim menerima penyataan dari Tuhan Yesus (Gal. 1:11-12) yang membuat dia menjadi rasul yang dicatat paling giat dalam pengabaran Injil dan juga dalam menuliskan surat-suratnya. Surat-surat itu diterima oleh Rasul Petrus sebagai setara dengan tulisan-tulisan Perjanjilan Lama, yaitu sebagai firman Tuhan (2Ptr 3:15-16).
Rasul Yohanes dalam kitab Wahyu menerima penglihatan dari Tuhan Yesus yang memerintahkan dia untuk menulisakan surat kepada tujuh gereja di Asia Kecil yang berisikan firman Tuhan untuk mereka (Why 1:9-11). Surat-surat tersebut dicantumkan Yohanes kemudian di pasal 2 dan 3 kitab tersebut.
Klaim dari para penulis Alkitab bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan dan menuliskannya di dalam kitab-kitab tersebut. Isi firman Tuhan secara konsisten adalah pengungkapan rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia yang dibelenggu oleh dosa. Rencana Allah tersebut melibatkan Allah sendiri yang hadir dalam sejarah manusia dan juga melibatkan umat Tuhan yang menjadi agen atau sarana penggenapannya.
Alkitab penting dan menjadi sentra dalam kehidupan orang percaya karena merupakan pemaparan rencana Allah untuk menyelamatkan semua manusia. Berarti setiap orang yang percaya adalah orang yang sudah mengalami bagaimana rancana Allah tersebut terealisasi dalam kehidupannya. Lebih dari pada itu, rencana penyelamatan itu juga melibatkan setiap orang percaya sebagai alat anugerahNya bagi orang-orang lain yang belum mengalaminya.
Alkitab sendiri menegaskan dengan berbagai cara mengenai pentingnya menyadari menerima rencana Allah tersebut bagi setiap orang yang membacanya, serta melibatkan diri dalam perealisasian rencana tersebut sesuai dengan petunjuk Tuhan. Misalnya Perjanjian Lama memaparkan kisah tindakan Allah menyelamatkan Israel dari perbudakan Mesir. Lalu Perjanjian Lama juga mengajarkan bagaimana Israel harus bertindak sebagai umat yang sudah diselamatkan melalui peraturan-peraturan yang dipaparkan oleh Musa kepada mereka. Tujuan pemberian peraturan itu pun dinyatakan yaitu agar mereka menjadi umat yang kudus dan menjadi imam bagi bangsa-bangsa lain (Kel 19:5-6). Perjanjian Lama
memberikan contoh hidup umat yang taat atau tidak taat kepada perintah Allah lewat Taurat dengan kitab-kitab yang akan mereka alami. Lewat para nabiNya, Allah memperingatkan umat sebelum akibat maupun hukuman karena ketidaktaatan itu mereka alami. Dan akhirnya, Perjanjian Lama juga memakai respons-respons umat Tuhan yang dinyatakan lewat puisi-puisi mereka yang memuji Allah karena kebaikan dan kebesaranNya serta mensyukuri rencana dan tindakanNya bagi umatNya. Dari bagian ini orang belajar merespon Allah dengan tepat.
Sejajar dengan Perjanjian Lama, Perjanjian Baru juga memaparkan secara puncak tindakan Allah menyelamatkan semua manusia lewat peristiwa inkarnasi, kayu salib, dan kebangkitan yang dialami Tuhan Yesus, Kisah Para Rasul memaparkan respons gereja perdana kepada perintah Tuhan Yesus untuk mewartakan kabar baik tentang keselamatan di dalam Tuhan Yesus ke seluruh dunia. Surat-surat Paulus dan surat-surat umum memberi petunjuk baik secara prinsip teologi bagaimana memahami karya penyelamatan Allah tersebut, maupun secara praktis bagaimana menjalani kehidupan yang sudah diselamatkan tersebut. Akhirnya, kitab Wahyu menegaskan ulang akan kedaulatan Allah dan kemahakuasaanNya untuk merealisasikan penuh rancanaNya bagi seisi dunia dengan memastikan bahwa setiap musuh Allah pada akhirnya tidak berdaya dan akan dimusnahkan!
Alkitab adalah sentra kehidupan orang percaya karena Alkitab memaparkan bukan hanya rencana Allah dan perealisasianNya menyelamatkan manusia, tetapi juga kehendakNya melibatkan setiap orang percaya dalam pewartaan kabar baik sekarang ini. Sejauh ini telah dipaparkan kenyataain klaim para penulis Alkitab mengenai tulisan-tilusan mereka yang merupakan respons mereka kepada perintah atau dorongan dari Allah sehingga isinya sesuai dengan kehedak Allah dalam menyatakan rencana penyelamataNya bagi dunia ini.
Alkitab tidak hanya sejarah yang berorientasi pada masa lalu. Alkitab berbicara relavan setiap zaman. Sejarah yang dipaparkan Alkitab memiliki kesinambungannya dengan sejarah yang berlanjut dalam sejarah gereja sampai dengan sekarang ini bahwa sampai kelak kedatangan Kristus kedua kali.
Ketika berbicara masa kini, ada baiknya mengingat bahwa memang Allah ditulis ribuan tahun lalu. Namun, Alkitab ditulis bukan hanya untuk generasi masa lalu. Para penulis Alkitab mengarahkan pemberitaan mereka juga untuk generasi-generasi yang akan datang. Bahkan sepagi di tulisan-tulisan Musa kita telah menemukan adanya janji, perintah, dan pengharapan untuk generasi sesudah zaman Musa, yaitu genersi yang akan masuk ke tanah Kanaan untuk menikmati penggenapan janji tersebut.
Tugas
Cacatlah Hal-hal Yang Penting Kemudia Kirim
コメント