1. Kebesaran Allah dalam Karya Penciptaan
Apa yang Alkitab katakan tentang penciptaan? Allah adalah Pencipta. Ada dalam Alkitab,"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kejadian 1:1).
Allah menyatakan diri-Nya melalui penciptaan. Ada dalam Alkitab,"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mazmur 19:2).
Penciptaan menunjuk kepada eksistensi Allah dan tanggung-jawab kita. Ada dalam Alkitab, Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih (Roma 1:20).
Allah berbicara dan dunia jadilah. Ada dalam Alkitab,"Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya. Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada (Mazmur 33:6,9).
Allah menciptakan dunia dalam enam hari dalam arti sebenarnya. Ada dalam Alkitab,"Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya (Keluaran 20:11).
Melalui Siapakah Allah menciptakan segala sesuatu? Ada dalam Alkitab,"karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (Kolose 1:16). Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan (Yohanes 1:3).
Apakah tujuan Allah menjadikan bumi? Ada dalam Alkitab,"Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit, -- Dialah Allah -- yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, -- dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami --: "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain (Yesaya 45:18).
Bagaimana Allah menyediakan pendudukan untuk bumi yang telah diciptakan-Nya? Ada dalam Alkitab, " Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu (Kejadian 2:7, 21-22).
Dalam citra Siapakah manusia itu diciptakan? Ada dalam Alkitab, "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka (Kejadian 1:27).
Kedudukan apakah manusia ditempatkan oleh Allah? Ada dalam Alkitab," Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi (Kejadian 1:26). Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya(Mazmur 8:4-7).
Diskusi ini mensyaratkan seseorang untuk percaya bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Kalau Tuhan bukan yang menciptakan segala sesuatu atau segala sesuatu terjadi secara kebetulan, maka percuma saja membahas untuk apakah Tuhan menciptakan segala sesuatu. Syarat yang lain adalah Tuhan adalah Maha Sempurna dan Maha Kasih. Kalau kita belum menerima tentang hakekat Tuhan yang Maha Sempurna dan Maha Kasih, maka kita belum setuju tentang konsep Tuhan, dan oleh karena itu, kita harus berdiskusi terlebih dahulu tentang hakekat Tuhan.
2) Kita tidak dapat mengatakan bahwa manusia diciptakan secara kebetulan. Kalau manusia adalah merupakan produk “kebetulan”, maka sungguh sangat tragis bahwa kita semua adalah produk yang tidak diinginkan, namun hanyalah suatu kebetulan semata. Ini sama seperti anak lahir namun tidak pernah diinginkan oleh orang tuanya, dan terjadi karena suatu kecelakaan. Sesuatu yang kebetulan juga bertentangan dengan hakekat Allah, karena di dalam Allah tidak ada yang bersifat kebetulan. Hal ini disebabkan karena Allah adalah Maha Tahu, dan semuanya adalah transparan di hadapan-Nya.
3) Jadi, semua yang diciptakan oleh Allah adalah merupakan hasil rancangan menurut kebijaksanaan dan kasih-Nya. Karena Allah adalah Maha Sempurna, maka sebetulnya Dia tidak memerlukan siapapun. Namun karena Allah adalah baik dan penuh kasih, maka Dia menginginkan lebih banyak mahluk dari segala macam tingkat untuk dapat berpartisipasi dalam kebaikan tersebut, sehingga semua mahluk dari berbagai tingkatan dapat berbahagia dan memuliakan Allah. Hal ini sama seperti orang tua yang senantiasa ingin membagikan apa yang dipunyainya kepada anak-anaknya, baik dari yang terkecil maupun yang terbesar. Kalau sesuatu yang baik ini benar untuk manusia dalam tingkatan kodrat, maka ini juga benar untuk Tuhan dalam tingkatan adi kodradi (supernatural). Tuhan juga menciptakan mahluk dalam berbagai tingkatan dari 1) para malaikat yang murni spiritual, 2) manusia yang terdiri tubuh dan jiwa, 3) binatang, tumbuhan, dan segala macam yang ada di alam raya. Semuanya diciptakan Allah baik adanya. Dan kebaikan ini hanya terjadi jika semuanya bertindak sesuai dengan kodratnya.
a) Oleh karena itu, pernyataan Machmud bahwa kalau manusia diciptakan tanpa tubuh dan hanya jiwa, maka manusia terbebas dari nafsu-nafsu daging ada benarnya dan ada salahnya. Benar, karena dengan memiliki tubuh dan jiwa, maka manusia – dengan akal budi dan kehendak bebas – mempunyai percobaan yang bersifat daging dan jiwa. Salah, karena seolah-olah kalau manusia terdiri dari hanya Jiwa, maka manusia tidak pernah mengalami percobaan. Padahal, kalau kita melihat, godaan manusia yang pertama bukan masalah kedagingan, namun lebih kepada godaan spiritual, yaitu kesombongan rohani. Dan jangan juga lupa, bahwa malaikat yang hanya mempunyai jiwa dan tidak berbadan, juga mengalami percobaan. Karena malaikat juga mempunyai akal budi, maka mereka juga dapat memilih untuk mengikuti Tuhan atau melawan Tuhan. Dan sayangnya, sebagian memilih berkata “tidak” terhadap Tuhan.
b) Jadi baik malaikat yang tanpa badan dan manusia yang berbadan dan berjiwa, semuanya mengalami godaan masing-masing. Namun keduanya diciptakan baik adanya. Inilah sebabnya, pada awalnya, semua keinginan daging dari manusia pertama sepenuhnya tunduk kepada akal budi (the gift of integrity). Namun karena dosa, maka manusia kehilangan “the gift of integrity” atau tunduknya daging terhadap akal budi (reason). Oleh karena itu, manusia mempunyai kecenderungan berbuat dosa atau disebut “concupiscence“. Dan hal inilah yang membuat manusia mempunyai nafsu-nafsu daging. Rasul Paulus menegaskan “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging–karena keduanya bertentangan–sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”(Gal 5:17)
c) Jadi, kembali ke pertanyaan Machmud, maka Allah menciptakan manusia atas dasar kasih, sehingga manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan memuliakan Tuhan. Dan karena pada awalnya semuanya baik, maka tubuh yang menjadi bagian dari manusia adalah baik adanya. Dan semua nafsu kedagingan yang ada (concupiscence) adalah merupakan akibat dosa manusia. Namun, keadaan ini dapat menjadi kesempatan bagi manusia untuk bertumbuh dalam kekudusan dengan berjuang agar dengan akal budi, manusia dapat menundukkan nafsu kedagingan, seperti yang terjadi dalam kondisi awal penciptaan. Dan semua kekerasan di dunia ini bukan Tuhan yang membuatnya, karena jika Tuhan yang membuatnya, maka itu bertentangan dengan hakekat Tuhan yang adalah Maha Kasih. Sedangkan dosa dan kekerasan adalah bertentangan dengan kasih.
Komentar