Keempat, dari ciptaan yang tohu wa vohu menjadi ciptaan yang tov meod. Beberapa
penafsir meyakini bahwa ada “rentang waktu” antara Kejadian 1:1 dan Kejadian 1:2. Menurut mereka, Kejadian 1:1 adalah peristiwa penciptaan yang pertama dan telah selesai. Sementara Kejadian 1:2-31 adalah penciptaan ulang. Alasan mereka adalah pertama, kata kerja hayetahayah. Kata hayeta bermakna “menjadi”. Sehingga kalimat “wehaarets hayeta tohu wa vohu” diartikan, “Dan bumi menjadi kosong dan tidak berbentuk”. Ayat ini ditafsirkan bahwa dunia yang sudah sempurna diciptakan Tuhan “menjadi kosong dan tidak berbentuk”. Padahal Tuhan berfirman dalam YeshaYah 45:18 sbb: “Sebab beginilah firman Yahweh, yang menciptakan langit, -- Dialah Tuhan -- yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, -- dan Dia menciptakannya bukan supaya kosong, (lo tohu veraah) tetapi Ia membentuknya untuk didiami (lashevet yetsarah)--: "Akulah Yahweh dan tidak ada yang lain”. Jika Tuhan tidak menciptakan bumi dalam keadaan “tohu wa vohu”, maka keadaan ini pastilah disebabkan oleh sesuatu peristiwa. Peristiwa inilah yang memunculkan alasan kedua, bahwa penyebab bumi menjadi “tohu wa vohu” adalah, jatuhnya Lucifer ke dunia (Yes 14:12-15, Yer 4:23-28, Yekhz 28:12-19). Finis Jennings Dake memberikan komentar mengenai kata “tohu wa vohu” sbb: “The Hebrew phrase tohu wa vohu, waste and empty, describes the chaotic condition of the earth at that time it was cursed and made flooded because of the sins of Lucifer and the pre Adamites. It could not refer to the earth as originally created – beatiful, perfect,
Menyikapi tafsiran di atas, marilah kita melihat secara wajar teks Ibrani dalam Kejadian 1:2. Kata hayeta, bukan hanya mengindikasikan suatu “perubahan” atau “menjadi”. Kata hayetahayah yang bermakna “ada”. Sehingga kata hayetaAmerican Standard Versionmerupakan bentuk perfek dari kata dapat bermakna “suatu keadaan yang sudah terjadi”. Sehingga pun menerjemahkannya dengan, “And the earth was waste and void;…” (dan bumi pada waktu itu kosong dan belum berbentuk).
Kata hayeta dalam Kejadian 17:29 tidak harus diterjemahkan, sekalipun dalam terjemahan berbahasa Inggris ditambahkan “was”. Contoh: “Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya”. Padahal dalam teks Ibrani berbunyi, “wee’yne Leah rakkot we Rakhel hayeta yefat toar wifat mare”. Sungguh tidak tepat kata hayeta dalam ayat ini jika diterjemahkan, “dan Rakhel menjadi elok sikapnya dan cantik parasnya”. Kata hayeta dalam Kejadian 1:2 tidak memiliki makna apapun selain suatu proses dalam Penciptaan yang meliputi beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah tohu wa vohu, seperti seorang pembuat tembikar yang akan memulai dengan bentuk tanah yang tidak beraturan. Dan Penciptaan diakhiri dengan sebutan tov meod (Kej 1:31) setelah sebelumnya sebanyak enam kali tiap hasil ciptaan disebut dengan tov (baik, sempurna). Ini seperti pembuat patung atau tembikar yang menyelesaikan karya ciptaannya yang terbuat dari bahan tanah hingga menjadi ciptaan yang sempurna dan berbentuk indah.
Kelima, Tuhan menetapkan Hari Shabat untuk memperingati perhentian penciptaan. Ketika Yahweh menyelesaikan proses penciptaan langit dan bumi serta isinya, Dia melanjutkan dengan "memberkati" dan "menguduskan" hari ketujuh, dimana Dia mengakhiri proses penciptaan. Dalam Kejadian 2:3 disebutkan, "wa yebarek Elohim et yom ha sheviyi waotto ki vo shavat mikal melakto asyer bara Elohim la ashot" (maka diberkatilah oleh Tuhan hari yang ketujuh itu dan dikuduskan-Nya, sebab pada hari itu Dia berhenti dari semua yang diperbuat-Nya saat menciptakan). Sabat adalah hari yang diperkenan atau diberkati serta dikuduskan atau dipisahkan secara khusus dari hari-hari yang lain. yeqadesh
Yang menarik untuk kita perhatikan, jika pada kata "berhenti", dalam Kejadian 2:2 dan kata "memberkati" serta "menguduskan" dalam Kejadian 2:2 digunakan bentuk kata imperfek (menunjukkan pekerjaan yang belum diselesaikan, sedang berlangsung), maka kata "berhenti" dalam Kejadian 2:3 digunakan bentuk "perfek" yang bermakna, "menunjuk pada suatu kejadian yang sudah dikerjakan,lengkap". Hal ini bermakna bahwa Yahweh Sang Pencipta telah menyelesaikan pekerjaan penciptaan tersebut dalam perspektif historis. Hari ini Yahweh TIDAK MENCIPTAKAN APAPUN. Hari ini, Yahweh bertanggung jawab (mengawasi, mengatur, mengontrol) proses regenerasi (kelahiran) dan bukan kreasi (penciptaan) pada mahluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Pengkajian Kejadian 2:2-3 memberikan petunjuk pada kita bahwa Sabat bukan semata-mata ibadah yang secara ekslusif dihubungkan dengan keberadaan orang Yahudi atau Bangsa Israel kuno. Sabat merupakan pola Sang Pencipta yang ditetapkan sebagai hari peringatan untuk perhentian dan menghormati hari yang diberkati serta dikuduskan oleh-Nya.
Ada persoalan pelik yang masih menjadi perdebatan di antara para peneliti Kitab Suci. Mengapa dalam Kejadian 1 tidak ada nama Yahweh sementara dalam Kejadian 2 nama Yahweh muncul? Beberapa penafsir mengatakan bahwa Kejadian 1 merupakan redaksi yang dikumpulkan oleh kaum Elohist yang menekankan penggunaan istilah Elohim. Sementara Kejadian 2 merupakan hasil redaksional yang dikumpulkan oleh kaum Yahwist yang menekankan penggunaan nama Yahweh. Namun teori ini lemah karena sampai hari ini belum terbukti ada penemuan Kitab Suci TaNaKh yang hanya menggunakan Elohim saja atau sebaliknya hanya menggunakan nama Yahweh saja. Dalam hal ini, penggunaan istilah Elohim atau Tuhan dalam proses penciptaan alam semesta raya, memberikan petunjuk mengenai sifat universalitas dan generalitas terhadap ciptaan-Nya. Dengan kata lain, penggunaan istilah Elohim dalam Kejadian 1 memberikan informasi mengenai penciptaan umum. Sementara penggunaan nama Yahweh ketika dihubungkan dengan penciptaan alam semesta (Kej 2:4) dan penciptaan manusia (Kej 2:7), hendak memberikan informasi mengenai penciptaan yang bersifat khusus yang dilakukan oleh Tuhan yang bernama Yahweh, yaitu Tuhan perjanjian yang mengikat perjanjian dengan leluhur Yishrael yang menuliskan Kitab Kejadian, yaitu Moshe.
Comments